PLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) DAN BIOFERTILIZER TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L )
Sari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi biofertilizer dan ZPT terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum annum L). Penelitian ini di lakasanakan di Kebun Percobaan Fakultass Pertaniandi Gampong Raya Dagang, Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen pada bulan bulan November 2015 sampai dengan Februari 2016. Rancangan perobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dua faktor yaitu pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terdiri dari 2 taraf perlakuan yaitu Z0=kontrol (tanpa pemberian ZPT) dan Z1= 0.8 cc/L air, dan pemberian pupuk hayati terdiri dari 3 taraf Perlakuan yaitu P0=tanpa kontrol, P1=15 cc/L air, P2=20 cc/L air. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah buah dan berat buah .Variabel penelitian ini dianalis dengan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ZPT dan Pupuk Hayati tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah buah dan berat buah.
Kata kunci : Zat Pengatur Tumbuh, Pupuk Hayati dan Tanaman Cabai.
PENDAHULUAN
Penurunan kualitas lahan pertanian adalah ciri tanah yang terdegradasi. Pada tanah terdegradasi memerlukan perlakuan yang khusus untuk budidaya tanaman. Salah satu indikator tanah yang telah mengalami degragasi adalah kadar bahan organiknya yang rendah. Selain itu kadar unsur hara tergolong rendah sampai sangat rendah, lapisan tanah atas yang menipis, bahkan adanya akumulasi unsur-unsur beracun bagi tanaman. Bahan organik sebagai sisa tanaman berperan penting dalam kesuburan tanah yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga mampu memperbaiki tanah yang telah terdegradasi.
Cabai merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia cabai tergolong sebagai rempah-rempah yang paling tinggi tingkat penggunaannya dibanding jenis lain yaitu diolah menjadi berbagai bahan makanan seperti sambal terasi, saus pedas,dan bubuk pedas penyedap rasa.
Cabai mempunyai nilai ekonomis tinggi karena salah satu pemanfaatannya adalah sebagai bahan baku industri (Santika, 1999). Peningkatan produksi cabai terhambat oleh kendala dalam kegiatan budidaya. Kendala-kendala tersebut antara lain produktifitas rendah, ukuran dan bentuknya tidak sesuai dengan yang diharapkan, serta terbatasnya kultivar unggul yang berumur pendek (Harpenas dan Dermawan,2011).
Kebutuhan akan cabai tiap tahun terus mengalami peningkatan. Salah satu upaya peningkatan produksi cabai besar dapat dilakukan dari dalam dan dari luar. Upaya dari luar yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan manipulasi lingkungan, diantaranya dengan perbaikan teknik budidaya, sedangkan upaya peningkatan dari dalam dapat dilakukan dengan manipulasi tanaman, salah satunya dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrien), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan merubah proses fisiologi tumbuhan (Choudhary et al., 2000).
Teks Lengkap:
XMLReferensi
AFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Aneja, M., T. Gianfagna and E. Ng. 1999. The Role Of Abscisic Acid and Ethylene In The
Abscission And Senescence Of Cocoa Flower. Plant Fruits. Paris. American Journal Botany 14 (4) : 112-118).
Archbold, D. D. 1999. Carbohydrate Avaibility Modifies Sorbitol Dehydrogenase Activity Of Apple Fruit. Physology Plant Journal. 105 : 391-395.
Choudhary, B.R., M.S. Fageria and R.S. Dhaka. 2000. Fruit production in tomato by growth substances a review. Agric. Rev. 21 (1): 26-35.
Ezint, V., R. De la Pena and A.Ahanchede. 2010. Flooding Tolerance of Tomato Genotypes During Vegetative and Reproductive Stages. EJEAFChe 9(10):1665-1678.
FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear
Cooperationin Asia (FNCA).
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.
Goenadi, D.H., A. Ananta, Gunawan,R. Ishak,.M.D. Karim,Y.Sukin dan B. Hartadi. 2000. Biofertilizer Emas untuk Efisiensi Pemupukan. Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Bogor.
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nasihi, Ceppy , M. S. (2010). Peran Mikroba Dalam Pertanian. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung.
Nasir. 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan ProduksiPalawija dan Sayuran. www.Disperternakpandeglang.go.id/artikel
Santika, A., 1999, Agribisnis tanaman cabai, Penebar Swadaya: Jakarta.
Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III., Penerjemah : Diah R dan Lukman Pent. ITB. Bandung.
Sarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Suliasih, S, Widati & Muharam, A 2010, ‘Aplikasi pupuk organik dan bakteri pelarut fosfat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat dan aktivitas mikrob tanah’, J. Hort., vol. 20, no. 30, hlm. 241-6.
Supriyono dan Prakasa, K.E. 2011. “ Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume”. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 59 – 65.
Wattimena. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. Bogor.
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.