STRATEGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM RANGKA OPTIMALISASI KELESTARIAN SUMBERDAYA AIR (Studi Kasus DAS Peusangan Aceh)

Halus Satriawan

Sari


ABSTRAK

Penyusunan strategi pengelolaan DAS secara komprehensif memperlukan informasi/data yang akurat mengenai karakteristik fisik DAS (biogeofisik) serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang tinggal dikawasan tersebut. Wilayah DAS Peusangan berdasarkan kelas kelerengan terbagi atas 7 kelas lereng, yaitu: kelas lereng 0-3% (25.057 ha), kelas lereng 3-8% (10.453 ha), kelas lereng 8-15% (40.511 ha), kelas lereng 15-25% (25.946 ha), kelas lereng 25-40% (48.679 ha), kelas lereng 40-60% (59.167 ha) dan >60% (26.887 ha). Kondisi kemiringan lereng/topografi tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan erosi melebihi dari erosi yang ditoleransi. Untuk mengelola sumberdaya alam dengan pendekatan ekosistem DAS dengan memperhatikan unsur biogeofisiksosekbud, maka arahan pengelolaan dan pengembangan DAS Peusangan terbagi tiga bagian, yaitu: 1) arahan teknis (konservasi tanah dan air); 2) arahan sosial ekonomi dan budaya; dan 3) arahan kebijakan dan kelembagaan.

Kata Kunci: pengelolaan DAS, optimasi kelestarian sumberdaya air

PENDAHULUAN

Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) dari sudut pandang lingkungan adalah satu kesatuan ekosistem dimana jasad hidup serta lingkungannya berinteraksi secara dinamik dan saling ketergantungan (interdependensi) antar komponen penyusunnya. Pengelolaan DAS bertujuan untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi kondisi DAS agar menghasilkan kontinuitas produktivitas air (water yield) untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan, industri dan masyarakat.

Indikator keberhasilan pengelolaan DAS dicirikan dengan rendahnya fluktuasi debit air antara musim hujan dan musim kemarau, beban sedimen sungai serta terjaganya kelestarian sumber air. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang pesat menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia akan sumberdaya. Pemenuhan kebutuhan penduduk menyebabkan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan dan tidak sesuai dengan kemampuannya. Apabila kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik, akan menyebabkan kelebihan air (banjir) pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau.


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


DAFTAR PUSTAKA

Baharsjah, J.S., dkk. 1997. Sumberdaya Air dan Iklim dalam Mewujudkan Pertanian Efisien. Jakarta: Departemen Pertanian dan Perhimpi.

BRLKT. 1986. Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Ciujung-Peusangan. Bogor.

Ditjen RLPS. 2000. Pengembangan Sistem Insentif dalam Rangka Rehabilitasi Lahan/Penghijauan di 3 (tiga) DAS. Bogor: Kerjasama Ditjen RLPS dengan Fak. Kehutanan IPB.

Husnan, H. 2010. Model Produksi Air DAS. Bahan Seminar Program Pascasarjana IPB. Bogor.

LP Unila. 1999. Evaluasi dan Studi Pengembangan DAS Way Rarem dan Way Abung Kab. Lampung Utara. Bandar Lampung: Kerjasama Pemda Kab. Lampung Utara dengan UNILA.

Mahi, A K. 2001. Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Makalah Kursus Amdal Angkatan XIV 9-16 Juli 2001. Bandar Lampung: PSL Unila.

Manik, KES. 1999. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Nuryanto, A., dkk. 2003. Strategi Pengelolaan DAS dalam Rangka Optimalisasi Kelestarian Sumberdaya Air. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/07134/71034_1.pdf (11 Desember 17).

Pemerintah Daerah. UU No. 22 Tahun 1999. Jakarta: Depdagri dan Otda.

Sim, Low Kwai. 1990. Manual on Watershed Research. Asean-US Watershed Project. College, Laguna Philipines.

Yuli; Arsana, I.N. 2003. Implementasi Pengelolaan DAS guna Mendukung Konservasi Sumberdaya Air untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Prosiding Seminar Hari Air Sedunia.

Yuwono; Slamet, Budi. 2000. Studi Karakteristik Fisik DAS Way Rarem Bagian Hulu, Lampung Utara. Jurnal Manajemen dan Kualitas Lingkungan. Vol 1. No.3. Bandar Lampung: Pusat Studi Lingkungan UNILA.


Refbacks

  • »
  • »
  • »
  • »
  • »