PROFIL DAN KINERJA ORGANISASI PUBLIK DI KABUPATEN ACEH UTARA (Kasus Di Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara)

Yusri .

Sari


ABSTRAK

 

Pengukuran kinerja terhadap suatu organisasi publik merupakan suatu isu pada beberapa tahun terakhir ini, terutama setelah banyaknya keluhan dari para pengguna jasa yang menyatakan bahwa kinerja organisasi publik adalah sumber kelambanan, pungli dan in-efisiensi. Format kebijakan otonomi daerah yang ada pada saat ini menandai awal dari suatu perubahan fundamental dalam paradigma penyelenggaraan pemerintahan di negeri ini. Kalau pada pemerintahan orde baru, pembangunan menjadi misi terpenting pemerintah (developmentalism) dan pemerintah yang pada masa itu menjadikan dirinya sebagai pusat kendali proses pembangunan itu (sentralisasi di tingkat nasional), kini harus mereposisi diri sebagai pelayan dan pemberdaya masyarakat dan harus menyebarkan aktivitasnya ke berbagai pusat (plusentris) di tingkat lokal. Dengan kata lain arus baru kehidupan politik kita sekarang adalah realitas pergeseran kekuasaan dari pusat (sentral) menuju lokus-lokus daerah (desentral) dan berbasis pada kekuatan masyarakat sendiri (society) (Lembaga Informasi Nasional,2002). Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah tersebut, perubahan paradigma sekaligus juga ikut melepaskan makna hegemoni paham teknokrasi yang masih terus kita rasakan sekarang ini. Sebuah pemerintahan yang membuat konsep otda sulit melepaskan orientasi pembangunannya, dan kepercayaannya kepada peran negara sebagai mesin pembangunan tersebut (pembangunan oleh negara). Dengan satu tawaran  paradigma baru, maka otonomi daerah tidak semata-mata sebagai kesiapan kepastian aparatur daerah, atau menyangkut kesuburan ekonomi pemerintah semata (misalnya: tercermin dalam PAD), tetapi juga soal akses keterlibatan masyarakat, fasilitas perkembangan ekonomi swasta (tercermin dalam PDRB), penegakan asas good governance, (partisipasi, transparansi dan akuntabilitas) dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan lain sebagainya.

 

Kata Kunci : Performance  dan  Good Governace

 


Pendahuluan

 

Pengukuran kinerja terhadap suatu organisasi publik merupakan suatu isu pada beberapa tahun terakhir ini, terutama setelah banyaknya keluhan dari para pengguna jasa yang menyatakan bahwa kinerja organisasi publik adalah sumber kelambanan, pungli dan in-efisiensi (Dwiyanto,1995). Lebih lanjut Dwiyanto menjelaskan bahwa citra organisasi publik di negara berkembang, termasuk Indonesia dalam melayani kepentingan masyarakat pada umumnya amat buruk jika dibandingkan dengan organisasi swasta. Karenanya tidaklah mengherankan kalau organisasi swasta seringkali dijadikan sebagai alternatif pilihan kebijakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Berbicara masalah kinerja organisasi publik, terlebih setelah diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas daerah secara aktif, meningkatkan peran dan fungsi DPRD.


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Daftar Pustaka

Ali A, Hasyimi. 1992. Organisasi dan Manajemen. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Pengantar Metode Penelitian. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif, komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, an Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.

Hasibuan, Malayu. 2008. Organisasi dan Motivasi.PT. Bumi Aksara.Jakarta

Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. CV. Rajawali:Jakarta.

Moleong, Lexy J. 1998. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Miftah, Thoha. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Kencana. Jakarta.

Nurudin. 2000. Sistem Komunikasi Indonesia. PT. Binakarya. Jakarta.

Nurudin. 2008. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.

Pratikto, Riyono. 1983. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga, Gramedia, Jakarta.

Rogers, Everett,M. dan Shoemaker. 1987. Communication of Invation, dalam Abdillah Hanafi, penerjemah, Memasyarakatkan Ide-ide Baru, Usaha Nasional. Surabaya.

Santoso, Slamet. 1992. Kepemimpinan. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Sarwono. 1991. Organisasi dan Manajemen. CV. Rajawali. Jakarta

Sinambela. Poltak. 2010. Manajemen Kepemimpinan. Rineka Cipta. Jakarta

Siagian,P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan produktivitas Kerja.PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Soekamto, Soedjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta.

Soehartono. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Kesembilan, Bandung, Alfabeta.

Susanto, Astrid S.1974. Komunikasi Dalam Teori dan Praktik. Edisi Pertama. PT. Binacipta. Bandung.

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. PT. Grasindo. Jakarta

Peraturan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2009 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistimewaan Kabupaten/Kota pada Pemerintah Aceh.

Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Ulama.

Peraturan Bupati Bireuen No. 4 Tahun 2012 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten Bireuen.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.