SEJARAH HADITS PADA MASA PERMULAAN
Sari
Memudahkan cara memahami Sejarah Hadits Pada Masa Permulaan, maka membutuhkan ilmu yang memadai sehingga dalam menguraikan sejarahnya tidak melenceng dari arah yang sebenarnya. Salah satu penyebab perbedaan dalam mendalami sejarah hadits pada masa permulaan adalah karena adanya perbedaan pengertian dan mengenalisa sejarah hadist. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya. yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut. Di antara ulama tidak seragam dalam menyusun periodesasi pertumbuhan dan perkembangan hadis ini. Ada yang membagi nya kepada tiga periode saja, seperti masa Rasul SAW, sahabat dan tabi’in; masa pentadwinan; dan masa setelah tadwin. Ada yang membaginya kepada periodesasi yang lebih terinci, sampai lima atau tujuh periode, dengan spesifikasi yang cukup jelas. Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis. Rasul SAW membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus diwurudkannya Hadis. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran Islam.
Kata Kunci: Hadist dan Masa PermulaanReferensi
DAFTAR PUSTAKA
Mushthafa Ai-Siba’i., DR, A1-Sunnah wa Makanatuha fi Al-Tasyri’ Al-Islami (Kairo: Dar A1-Salam, 1998), Cet. Ke-1, hlm. 64
Ibnu Hajar Al-Asqalani, fath Al-Bari. Jiiid I, (Beirut: Dar Al-Fikr wa Maktanah A1-Salfiyah, t.t), him. 150.
Muhammad Jamâl Al-Dîn Al-Qâsimî, Qawâd’id Ai-Tahdits min Funûn Musthalah AL-hadits (Beirut: Dâr Al-Kutub AI-’Ilmiyah 1979), hIm. 72-74
‘Ajjâj Al-Khatîb, Ushul, Al. Hadis ‘Ulumuhu Wa Mustalahuhu, (Beirut: Dâr A1-Fikr, 1981). Cet. Ke-4, hlm. 71-72.
A1-Zuhd wa Al-Raqã’iq (hadis nomor 5.326) dalam Imam Muslim, Shahih Muslim, dengan sanadnya; diterima dari Hadzdzâb ibn dan Haminâm, dan Zaid ibn Aslam, dan Athâ’ ibn Yasâr dari Abu Sa’id Al-Khudry.
Ai-Nawâwî, Shahîh Muslim bi Syarh Al-nawâwî XVIII, (Kairo: Syirkah Iqâmah Al-Dîn,1349 H), him. 129.
Ajjâj al-Khathib. Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin. (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997) Cet. Ke-6,, hlm 349.
Muhammad Mushthafâ Al-A’zhami, Dirasat fi Al-Hadits al-Nabawi; Tarikh Tadwinihi, (Riyahdh: Jamiah Riyadh, t.t), hlm. 121-124
A1-Suyuthi, Tadrib Al-Râwy fi Syarh Taqrib Al Nawawi, Juz 2, (Beiru Dâr Al-Fikr, 1988), hlm. 67.
Al-Ramaharmuzi, Al-Muhaddits Al-Fâshi1 Baina Al-Rawi wa Al-wa’I (Beirut:Dar Al-Fikr, 1984), hlm.127