KARAKTERISTIK DAN PROSPEK EKONOMI SISTEM AGROFORESTRI DI KABUPATEN BIREUEN ACEH
Sari
ABSTRAK
Praktik agroforestri sudah cukup dikenal dan telah diterapkan secara luas oleh masyarakat di Kabupaten Bireuen sebagai bentuk perkebunan rakyat. Berkembangnya agroforestri di daerah ini tidak lepas dari pengelolaan yang lebih mudah dibandingkan dengan bentuk usahatani pertanian umumnya seperti padi sawah atau pertanian monokultur lainnya. Agroforestri juga memberikan banyak alternatif pendapatan dan produk yang lebih banyak bagi masyarakat di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis jenis dan pola tanam Agroforestri serta potensi pendapatan masyarakat di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Penelitian dilakukan dengan metode survey menggunakan teknik purposive sampling dimana sampel yang diambil adalah petani yang menerapkan sistem Agroforestri di 3 kecamatan yang mewakili wilayah kabupaten. Karakteristik Agroforestri yang diamati adalah jenis, pola tanam, umur tanaman dan ragam komoditas tanaman. Karakteristik usahatani yang diamati untuk menentukan potensi ekonomi adalah luas kepemilikan, lama pengusahaan, tingkat pengelolaan, jenis sarana produksi, biaya dan pendapatan usahatani, hambatan usaha tani dan keterlibatan pemerintah. Berdasarkan hasil survey dan interview ditemui 2 jenis utama sistem Agroforestri yaitu agrisilvikultur dan agrosilvopastural. Agrisilvikultur dipraktikkan dengan sistem tumpangsari, alley cropping dan intercropping yang dikelola secara intensif (90%) dan tradisional-semi intensif (10%). Jenis tanaman yang dibudidayakan dengan sistem agroforestri terdiri dari kelompok pepohonan (sengon, mahoni), tanaman penghasil buah, (kakao, pepaya, pinang, kelapa, kelapa sawit), tanaman penghasil pakan ternak, tanaman pangan dan hortikultura dengan kisaran umur tanaman < 1 - 17 tahun. Rata-rata kepemilikan lahan 1,6 ha dengan pengalaman usaha tani 7,3 tahun. Rata-rata biaya usahatani agrofortestri yang dikeluarkan petani untuk bibit/benih, pupuk, pestisida, insektisida, dan peralatan/mesin sebesar Rp. 4,332,857/tahun, dengan rata-rata pendapatan usahatani Rp. 19,480,714/tahun. Jumlah biaya produksi sangat tergantung dari jenis tanaman dan luas usaha tani yang dikembangkan. Biaya produksi tertinggi diperoleh pada agrisilvikultur dengan kombinasi tanaman tahunan-tanaman pangan-tanaman hortikultura, sedangkan terendah pada agrosilvopastural. Umumnya petani mengalami kendala rendahnya harga produk usahatani karena penentu harga di tingkat petani adalah pedagang pengumpul. Namun demikian heterogenitas tanaman dan keberlanjutan pendapatan petani dari penerapan agroforestri memberikan keamanan dan ketahanan sosial dan ekonomi bagi mayarakat di Kabupaten Bireuen. Dilain pihak diperlukan perhatian pemerintah yang lebih intensif baik melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalam mengelola tanaman yang menjadi unggulan.
Kata Kunci: Agroforestri, usahatani, karakteristik.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari dan I.G. Febryano, 2009. Desain Agroforestri Pada Lahan Kritis: Studi Kasus di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Parennial, 6(1) : 53-59.
Dahlquist. R.M., M. P. Whelan, L. Winowiecki, B. Polidoro, S. Candela, C. A. Harvey, J. D. Wulfhorst, P. A. McDaniel N. A. Bosque-Pe´rez, 2007. Incorporating livelihoods in biodiversity conservation: a case study of cacao agroforestry systems in Talamanca, Costa Rica. Biodivers Conserv (2007) 16:2311–2333. Springer.
Kamal. K. S dan C. P Mitchell, 2009. Identifying important biophysical and social determinants of on-farm tree growing in subsistence-based traditional agroforestry systems. Agroforest Syst (2009) 75:175–187. Springer.
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Australian Universities International Development Program. Jakarta: UI-PRESS.
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.