PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR VOLUME KERUCUT IMPLEMENTASI TEORI VANHILLE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SIMPANG TIGA BANDA BARU

Marzuki .

Sari


ABSTRAK

 

Teori mengajar merupakan pegangan  untuk guru mengajar di depan kelas, seperti mengajar geometri kepada siswa SD, semestinya guru mengajar menggunakan  yang dikemukakan para ahli berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Vanhille, karena teori vanhille khusus cara pembelajaran geometri. Kalau guru SD mengajar geometri tidak menggunakan teori vanhille, berarti guru tersebut mengajar dengan cara diri sendiri, ini tidak benar mengolah pelajaran menurut diri sendiri bukan berpedoman para ahli. Berdasarkan tes awal hasil perolehan belajar pada siswa kelas V SD N 2 Simpang Tiga  Banda Baru setelah mereka belajar masih  banyak siswa yang  belum tuntas sebesar 71,43% sedangkan yang tuntas sebesar 28,57%. Perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas permasalahan belajar  menentukan volume kerucut  dapat diatasi. Penelitian ini dilakukan berhasil hanya  satu tindakan berupa pembelajaran sebagai usaha implementasi langkah teori vonhille  dengan tujuan siswa  mampu mengolah sendiri pemahaman materi yang dipelajari. Subjek penelitian seluruh siswa Kelas V berjumlah 21 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes awal, tes akhir, observasi, hasil kegiatan wawancara, dan catatan lapangan. Pembelajaran dengan inplimentasi teori Vanhille  dapat meningkatkan pretasi belajar volume kerucut siswa kelas V SD  Negeri 2 Simpang Tiga  Banda Baru.

 

Kata kunci: Implementasi,  Teori Vanhille dan prestasi siswa.

 


Pendahuluan

 

Mengabaikan teori yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan ketika melakukan pembelajaran dalam kelas merupakan perbuatan yang tidak wajar. Semua orang berpendapat mendidik anak usia SD mudah.  Oleh karena itu dinas Pendidikan dan kebudayaan harus tahu bagaimana seharusnya guru apalagi guru yang mengajar di SD. Bukan berarti berani berdiri didepan dan mampu menjelaskan pelajaran sebagaimana tertera dalam buku kepada siswa, hal ini berarti memindahkan materi dari buku  kepada kepala siswa seringkali para pendidik menerjemah mengajar adalah menjelaskan materi yang tertera pada buku pelajaran kepada siswa tanpa mengetahui cara mendidik sebagaimana yang sisarankan oleh para pakar kes-sd-an, kemudian siswa mencatat dengan harapan dapat mereka hafalnya sehingga mampu menjawab soal ketika ujian, kalau mereka tidak bisa menghafal berarti mereka harus mencari cara seperti membuat kopean (catatan penting untuk bisa dilihat secara sembunyi-sembunyi ketika ujian) atau dengan cara melihat catatan (buku catatan) secara sembunyi-sembunyi. Sehingga sering terjadi kalau ujian terlalu ketat di awasi (tidak diperbolehkan melihat catatan) hasil ujian sangat rendah nilai yang didapat  kadang-kadang perolehan rata-rata nilai mereka tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal. Bagaimana dengan pelajaran matematika apakah bisa dihafal atau lihat catatan contoh dibuku tidak sama dengan soal, sehingga banyak siswa Indonesia terkendala dengan matematika. Hal seperti ini dilakukan oleh guru dari tahun ketahun sehingga tidak ada perubahan walaupun penataran-penataran ada dilakukan oleh dinas pendidikan kepada guru SD.  Sebagaimana aksi demo mahasiswa tanggal 3 juni 2014 di kantor Dinas pendidikan Aceh, dimuat di harian waspada 4 Juni 2014 hal B9, meminta kepala dinas pendidikan dan kebudayaan  Aceh mundur dari jabatannya karena prestasi pendidikan Aceh buruk.

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Harian Waspada. 2014. Kualitas Guru di Aceh Masih Rendah. Waspada Indonesia.

Karso, dkk. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Departemen P & K Proyek peningkatan mutu guru kelas SD.

Mille, M.B & Huberman, A. M. 2009. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan dari Tjetjep Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia.


Refbacks

  • »