PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUAL PRANIKAH
Sari
ABSTRAK
Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, sering kali berakar dari kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Sekitar 1 milyar manusia atau 1 dari 6 manusia di bumi ini adalah remaja dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang masih dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang seksual pranikah. Diharapkan remaja untuk lebih meningkatkan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) khususnya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pranikah pada remaja, untuk mempertahankan nilai dan norma yang positif dari remaja.
Kata kunci: Kesehatan Reproduksi, Sikap Remaja dan Seksual Pranikah
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya materi tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development / ICPD) di Kairo tahun 1994 yang kemudian dipertegas dalam Konferensi Sedunia IV tentang Wanita pada tahun 1995 di Beijing. Secara global, 40% dari semua kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 remaja yang terinfeksi HIV (UNAIDS, 1998). Jumlah kasus HIV di Indonesia yang dilaporkan hingga Maret 2007 mencapai 14.628 orang, sedangkan kasus AIDS sudah mencapai 8.914 orang, dimana separuh dari kasus ini adalah kaum muda (umur 15-29 tahun = 57,4 %).
Permasalahan pada remaja di Indonesia makin memprihatinkan. Karena kurangnya pengetahuan reproduksi dan seksual yang benar, membuat banyak remaja sudah aktif melakukan hubungan seksual pranikah. Minimnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja bisa berpengaruh pada perilaku seks remaja pranikah. Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (2012), menyatakan bahwa kesehatan reproduksi remaja akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional, agar remaja memiliki pengetahuan yang benar mengenai kesehatan reproduksinya, mengingat itu memengaruhi perilaku seks pranikah.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, ed revisi, Jakarta: Rineka Cipta.
Darmasih, R. (2009).” Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Surakarta”. Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Skripsi. Surakarta
Dhamayanti, M. (2009). ” Overview adolescent health problems and services”. (www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=200994155149, diakses tanggal 03 April 2012)
Gani, A.M. (2006). Pengetahuan Kespro Remaja - Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA Negeri 1 Makassar Dan SMA Negeri 6 Makassar. (http://blogjoeharno.blogspot.com diakses 03 Maret 2012).
Indriani, R. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja Akan Masuk Kurikulum Nasional. (http://www.beritasatu.com, diakses 22 Februari 2012).
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Pinem. S. (2009). Kesehatan Reproduksi Cetakan Pertama. Jakarta: Trans Info Media.
Redaksi Berita Sore, 2010. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Masih Terbatas Di Aceh. (http://beritasore.com, diakses 22 Februari 2012).
Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto.
Suryoputro, A,. Et al. (2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di jawa tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. (Journal.ui.ac.id. Diakses tanggal 15 Juli 2012).