PENGARUH PUPUK KANDANG SAPI DAN ABU SEKAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JAHE KUNING (Zingiber officinale rosc)
Sari
ABSTRAK
Pengaruh Pupuk Kandang Sapi dan Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan Bibit Jahe Kuning (Zingiber officinale rosc). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pupuk Kandang Sapi dan Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan Bibit Jahe Kuning (Zingiber officinale rosc). Penelitian ini dilaksanakan Desa Mata Mamplam Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Penelitian ini berlangsung dari BulanOktober sampai dengan Desember 2013. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, ada dua faktor yang diteliti yaitu: (1) faktor pupuk kandang sapi dan (2) faktor abu sekam. Pengamatan terdiri dari: tinggi bibit umur 15, 30 dan 45hari setelah tanam (hst), Jumlah daun, diameter batang dan berat rimpang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 30hst dan 45hst, jumlah daun umur 45hst, diameter batang umur 30hstdan 45hstdan berat rimpang. Nilai terbaik terdapat pada perlakuan pupuk kandang 1: 1 (P3). Abu sekam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 30hst dan 45hst, jumlah daun umur 45hst, diameter batang umur 30hst dan 45hst dan berat rimpang.Nilai terbaik terdapat pada perlakuan abusekam 1: 1 (A3).
Kata Kunci: Pupuk Kandang Sapi, Abu Sekam, Jahe kuning
PENDAHULUAN
Jahe (Zingiber officinale rosc) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Nama Zingiber berasal dari bahasa Sansekerta “singabera” dan Yunani “Zingiberi” yang berarti tanduk, karena bentuk rimpang jahe mirip dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa latin (officina) yang berarti digunakan dalam farmasi atau pengobatan.
Permintaan jahe di pasar mengalami peningkatan, ini terlihat dari kebutuhan masyarakat terhadap bibit jahe. Jahe biasanya diperjual belikan kepada pedagang dan pedagang menjual jahe kepada konsumen. Jahe perlu dikembangkan produksinya karena dengan banyak peminat terhadap tanaman jahe maka hasil produksi akan lebih banyak.
Bibit jahe yang berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik yaitu presentase tumbuh yang tinggi, dan mutu fisik. Mutu fisik maksudnya adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Kriteria bibit yang harus dipenuhi adalah bahan bibit harus diambil langsung dari kebun bukan membeli dari pasar, bahan bibit harus sudah tua yaitu yang berumur 9-10 bulan, bahan bibit harus dari tanaman yang sehat yang memiliki kulit rimpang yang tidak terluka atau lecet.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
DAFTAR PUSTAKA
Arya, 2012. Cara budidaya jahe yang benar. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Obat-Obatan, 2012. Jakarta.
Darma Wijaya,. M.I, 2007. Klasifikasi Tanah .Yogjakarta:Gajah Mada University Press.
Hardianto, 2005. Tanaman Jahe Di Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.
Lingga dan Masono, 2008 Pemanfaatan Sampah Organik Kota Untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. Skripsi Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Martanto, 2001. Pengaruh Abu sekam terhadap pertumbuhan tanaman dan intensitas penyakit layu fusarium pada tomat. Jurnal Irian Jaya Agro.
Mitra Ukm, 2010, Membuat pupuk kompos dari kotoran sapi, Jawa Tengah-Indonesia.
Suharta,Salisbury, F.B. dan C.W Ross. 2008. Fisiologi TumbuhanI.(alih bahasa; Diah R, Lukman, dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung.