KEDUDUKAN WANITA DAN KUALITASNYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Syarkawi .

Sari


ABSTRAK

 

Salah satu pilar penting dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan prempuan maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Aspek perbedaan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah kualitas pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Sebagaimana firmanNya: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia diantara kamu adalah yang paling bertakwa” (QS 49:13)Kedudukan wanita dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana yang   dipraktikkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberi perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada wanita. Muhammad Al-Ghazali, salah seorang ulama besar Islam kontemporer, menulis: “Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan perempuan menikmati keistimewaan dalam bidang materi dan sosial yang tidak dikenal oleh perempuan-perempaun di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan-perempuan Barat dewasa ini. Mahmud Syalhtut, mantan Syaikh (pempimpin tertinggi) lembaga-lembaga Al-Azhar di Mesir, menulis: “Tabiat kemanusiaan antara lelaki dan perempuan hampir dapat (dikatakan) sama. Allah telah menganugerahkan kepada perempuan sebagaimana menganugerahkan kepada lelaki. Kepada mereka berdua dianugerahkan Tuhan potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan yang menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas yang bersifat umum maupun khusus. Karena itu, hukum-hukum Syari’at pun meletakkan keduanya dalam satu kerangka. Yang ini (lelaki) menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum, menunutut dan menyaksikan, dan yang itu (wanita) juga demikian, dapat menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum serta menuntut dan menyaksikan”. Banyak faktor yang telah mengaburkan keistimewaan serta memerosotkan kedudukan tersebut. Salah satu di antaranya kedangkalan pengetahun keagamaan, sehingga tidak jarang agama (Islam) diatasnamakan untuk pandangan dan tujuan yang tidak dibenarkan itu.

 

Kata Kunci: Wanita, Kualitas, Perspektif Islam, Ulu Al-bab, Auliya’, Ahsan Taqwim, Asfala Safilin, Power Jism, Power Hayat, Power ‘Akal, Power Qalbu.

 


Pendahuluan

 

Berbedakah asal kejadian wanita dari lelaki? Apakah wanita diciptakan oleh Tuhan kejahatan ataukah mereka merupakan salah satu najis (kotoran) akibat ulah setan? Benarkah yang digoda dan diperalat oleh setan hanya wanita dan benarkah mereka yang menjadi penyebab terusirnya manusia dari surga?.

  Demikian sebagian pertanyaan yang dijawab dengan pembenaran oleh sementara pihak sehingga menimbulkan pandangan atau keyakinan yang tersebar pada masa pra-Islam dan masih berbekas dalam pandangan beberapa masyarakat abad ke 20 ini. Pandangan-pandangan tersebut secara tegas dibantah oleh Al-Quran, antara lain melalui ayat pertama surat Al-Nisa; “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jenis yang sama dan darinya Allah menciptakan pasangannya dari keduanya dan Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak”.


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Daftar Pustaka

Al-Qur’an Al-Karim

Ibrahim bin Ali Al-Wazir, Dr., ‘Ala Marsyarif Al-Qarn Al-Khamis ‘Asyar, Kairo, Dar Al- Syuruq, 1979.

Ibn Hajar, Lihat biografi para sahabat dalam Al-Ishabat fi Asma’ Al-Shahabat, jilid IV.

Muhammad Al-Ghazali, Al-Islam wa Al-Thaqat Al-Mu’attalat, Kairo, Dar Al-Kutub Al-Haditsah, 1964.

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Kairo, Dar Al-Manar, 1367 H. Jilid IV.

Mahmud Syaltut, Prof. Dr., Min Taujihat Al-Islam, Kairo, Al-Idarat Al-‘Amat lil Azhar, 1959.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.