INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) DAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) TERHADAP DAYA HAMBAT Shigella dysenteriase SECARA IN VITRO

Rika Aswarita

Sari


ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan mengenai ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera L.) dan daun jambu biji (Psidium guajava L.) serta interaksinya terhadap bakteri Shigella dysenteriase. Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi jenis dan konesentrasi ekstrak terhadap diameter daya hambat Shigella dysenteriase. Metode penelitian merupakan metode eksperimen. Penelitian Menggunakan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah diamater daya hambat yang terbentuk. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan jika terdapat pengaruh pada setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh ekstrak daun lidah buaya dan daun jambu biji serta interaksinya terhadap Shigella dysenteriase. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar pula diameter daya hambat yang terbentuk pada ekstra tunggal maupun kombinasi ekstrak. Berdasarkan kategori diameter daya hambat menurut Moraless, perlakuan P3A3 adalah ++ (11-20 mm).

Kata Kunci  : Aloe vera L, Psidium guajava L, Shigella dysenteriase, daya hambat.

PENDAHULUAN

Keanekaragaman tumbuhan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Keberadaan tumbuhan dapat dijadikan sebagai tanaman hias dan tanaman yang berkhasiat sebagai obat.Menurut catatan WHO (World Health Organization) ada sekitar 20.000 jenis tumbuhan yang digunakan oleh penduduk dunia sebagai tanaman obat (Kusmana, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan tanaman yang berkhasiat obat sehingga sangat bermanfaat sebagai bahan alternatif untuk pengobatan.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini masyarakat lebih memilih memanfaatkan pengobatan secara alami daripada pengobatan berdasarkan bahan kimia, istilah yang populer yaitu “ back to nature” yang berarti kembali ke alam. Pemanfaatan tanaman sebagai tanaman obat dipilih karena bahan tersebut tidak memiliki efek samping pada kesehatan seperti halnya dengan bahan atau zat kimia. Selain tidak memiliki efek samping, tanaman obat  jika dilihat dari sudut ekonomi pemanfaatannya jauh lebih terjangkau daripada pengobatan dengan bahan kimia.

Pemilihan bahan alami atau tanaman sebagai pengobatan bertujuan juga untuk mengurangi resistensi terhadap antibiotik. Hal ini sesuai dengan Pandey (2010) yang menyatakan bahwa untuk resistensi multiobat terhadap penggunaan antibiotik merupakan permasalahan yang besar sehingga untuk mengatasinya diperlukan menciptakan obat antimikroba baru terutama yang berasal dari sumberdaya alam. Selain itu menurut WHO tanaman obat akan menjadi sumber terbaik untuk mendapatkan berbagai obat. Ekstrak tumbuh-tumbuhan telah memainkan peran penting dalam penghambatan kuman pathogen dan peningkatan kualitas. Penggunaan ekstrak tanaman dengan sifat antimikroba dikenal dapat menjadi sangat penting dalam pengendalian infeksi (Sheikh et al., 2012).


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2013). Escherichia coli. Tersedia pada http://www. bacteriainphotos.com/Escherichia%20coli%20light%microscopy.html. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013.

(2013). Shigella. Tersedia pada http://internet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/micbio/classes_stud/en/med/lik/ptn/Microbiology,%20virology%20and%20immunology/2/15_Shigella_Vibro_Laboratory%20diagnosis.htm.Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013.

Aswarita, R (2007). Pengaruh Ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Secara In vitro.Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Ayodeji, A. A Attama A & Momoh M. (2011) Evaluation of the antimicrobial activities of crude extract of Cryptolepis sanguinolenta and Crateva adansonii leavesand their interactions. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 10 : 85-89.

Birdi, T. Ponam D, Brijesh, Pundarikakshudu T, Arvind N & Noshir A. (2010). Newer insights into the mechanism of action of Psidium guajava L. leaves ininfectious diarrhea. BMC Complementery and Alternative Medicine, 10 : 1-11.

Bitton.G (1999). Wastewater Microbiology 3rd Ed. United States of America : Jhon Willey & soni

Black, J.G.(1999).Microbiology Priciples and Exploration. 4th Ed. United States of America : Simmon & Schurter/A Viacom Company.

Brooks, G.F., Janet S.B & Stephen A.M. (2011) Microbiology Kedokteran. Edisi XXII. Terjemah dari Medical Microbiology oleh Bagian Microbiology Fakultas Kedokteran Airlangga. Jakarta : Salemba Medika.

Cooposamy, R.M., & Magwa M.L.(2007). Traditional use, antibacterial activity and antifungal activity of crude axtract of Aloe excelsa. African Journal of Biotechhnology, 6 (20) : 2406-2410.

Cronquist, A (1981). AnIntegrated System of Classification of Flowering Plants. New York : Columbia University Press.

Fadhilla, R. (2010). Aktivitas Antimikroba Ekstrak Tumbuhan Lumut Hati (Marchantia paleace) Terhadap Bakteri Patogen dan Pembusuk Makanan. Tesis. Bogor: IPB

Fitrial, Y. (2009) Analisis Potensi Biji dan Umbi Teratai (Nymphaea pubescens Willd) Untuk Pangan Fungsional Prebiotik Dan Antibakteri Escherichia coli Enteropatogenik K1.1.Tesis Bogor: IPB

Furnawanthi, I.(2002). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya si Tanaman Ajaib. BTPT Tangerang : Agrobrmedia Pustaka.

Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia (Penuntun Cara Modren Menganalisis Tumbuhan). Terjemah dari Method of Phytochemistery oleh K. Padmawinata dan I.Soediro, Bnadung : ITB

Harmita & Radji M. (2008). Buku ajar Analisi Hayati, Ed.3Jakarta : ECG

Hudzicki, J. (2010). Kirby-Bauer Disk Difussion Susceptibility Test Protocol. Tersedia pada http:// www. Microbelibrary.org/index.php/library/laboratory-test/3189-kirby bauer-disk-difission-suscepbility-test-protocol. Diakses pada tanggal 11 Februari 2013.

Irshad, S., Muneeba & Hira Y. (2011). In Vitro antibacterial activity of loe Barbadensis Miller (Aloe Vera). International Research Journal of Pharmaceucital, 01 : 59-64.

Iskandar. (2011). Morfologi Jambu Biji. Tersedia pada http://kejapanan.blogspot.com/2011/08/morfologi-jambu-biji.html diakses pada tanggal 4 Februari 2013.

Ismail, M., Minhas PS, Fhatima K, Sahana VM & Sowrnya C. (2012). Antibacterial Activity of Leaves Extract of Guava (Psidium guajava). International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences, 3 : 1-2.

Kamran, A., Rohit KM, Rita G, Awadesh K, Ashok KB & Anupam D.(2012). Therapeutic Effects of Essential Oil From Waste Leaves of Psidium guajava L. Against Cosmetic Embarrasment Using Phylogenetic Approach. American Journal of Plant Science, 3 : 745-742

Karsinah., Lucky H.M., Suharto & Mardiastuti H.W (1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Kusmana, C. (2010). Kewarganegaraan Hayati Flora di Indonesia. Tersedia pada http://cecep_kusmana.staff.ipb.ac.id/2010/06/15/keanekaragaman-hayati-flora-di-indonesia/._Diakses pada tanggal 28 Januari 2013.

Lewis, K., Abigail A.S, Harry W.T & Riichard G.W.(2002). Cacterial Resistance to Antimicrobial. New York : Marcel Dekker, Inc.

Madigan, M., Jhon M, David S & Davis C. (2012). Bioloy of Microorganism. Thitteenth Edition. San Francisco : Pearson Education.

Miksusanti., Fitriya & Nike M. (2011) Aktivitas Campuran Ekstrak Kulit Manggis (Garciania mangostana L.) dan kayu secang (Caesalpina sappan L.). Jurnal Penelitian Sains, 14 : 40-470.

Morales, G., Patricia S, Arlett M, Adrian P, Luis A L, Oscar G & Jorge B. (2003). Secondary Metabolites From Medicinal Plant From Northem Chile : Antimicrobial Activyty and Biotoxicity Against Artemia salina. Journal of the Chilean Chemical Society, 48 : 13-18.

Nadjeeb. (2009). Saponin. Tersedia pada http://nadjeeb. worpress. com/2009/10/31/saponin./Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013.

Pandey, R & Avinash M. (2010). Antibacterial Activities of Crude Extract of Aloe barbadensis to Clinically Isolated Bacterial Pathogen. Appl Biochem Biotechnol. 160 : 1356-1361.

Pandey, A & Shaweta.(2012). Antibacterial Properties of Psidium Guava Leaves, Fruit and Stem Againt Various Pathogens. International Journal of Pharmaceucital Research and Development (IJPRD). 3 : 15-24.

Pelczar, M.J & E.C.S.Chan (1988). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Edisi 2. Jakarta : UI-Press.

Rakholiya, K & Sumitra C. (2012). In vitro interaction of certain antimicrobial agents in combination with plant extracts against some pathogenic bacterial strains. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 37:876-880.

Rattanachaikunsopon, P & Phumkhchorn P. (2010). Contents and antibacterial activity of flavonoids extracted from leaves of psidium guajava.Journal of Medicinal Plants Research. 4 : 393-396

Sheikh, M. Abdul R.M, Meghavanshi & Irshad M. (2012).Studies on Some Plant Extracts for Their Antimicrobial Potential againt Certain Pathoogenic Mocroorganism. American Journal of Plant Science. 3 : 209-213.

Sudarto, Z. (1997). Lidah Buaya. Yogyakarta : Kanisus

Sulistiawati, N.A.D.I.(2011). Pemberian Extrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) Konsentrasi 75% Lebih Menurunkan Jumlah Makrofag Daripada Konsentrasi 50% dan 25% Pada Radang Mukosa Mulut Tikus Putih Jantan. Tesis Denpasar : Universitas Udayana.

Suwandi, T.(2012). Pengembangan Potensi Antibakteri Kelopak Bunga Hibiscus sabdarifa L. (Rosela) Terhadap Streptococcus sanguinus Penginduksi Gingvitis Menuju Obat Herbal Standar. Disertai. Jakarta : Universitas Indonesia.

Tjitrosopoemo, G. (1989). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM University.

Thiruppathi, S., Ramasubraman V, Sivakumar T & Thirumalai AV. (2010). Antimicrobial activity of Aloe bera (L.) Burm. f.against pathogenic Microorganism. Journal Of Biosciences Research, 1(4) : 251-258.

Thomar, H.(2011). Lipid and Essencial Oils as Antimicribial Agent. India: Aptara Inc.

Todar, K. (2009). Bacteriology. Tersedia pada http://text bookofbacteriology.net/themicrobialworl/NHPR.html.Diakses pada tanggal 02 Mei 2013.

Waji, R.A & Andis S. (2009). Flavonoid. Makasar : Universitas Hasanuddin.


Refbacks

  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »
  • »